Catatan Santri Lugu

I Love Simple

Putra, sesosok pria tegap dan berwajah tampan ini menatap jauh ke arah jalan raya dari balik jendela rumahnya. Dia sedang memikirkan yang menjadi masalah dalam hidupnya. Di umurnya yang berkepala tiga, dia belum saja mendapat pendamping hidup. Di tangannya tergenggam sebuah kalung couple berbentuk hati yang pasangannya digenggam oleh mantan pacarnya yang hilang kontak sejak dia masuk perguruan tinggi. Di permukaan kalung tersebut terukir nama “Putri”, ya itulah nama pacarnya yang selama ini diidam-idamkan. Kuliahnya berantakan karena dia merasa putus asa setelah pacarnya hilang misterius tanpa kabar. Tetapi di dalam batinnya dia yakin bahwa suatu hari dia akan bertemu dengan seseorang yang telah menjadi cinta pertama dan terakhirnya itu dan dia percaya tentang kata pepatah bahwa jodoh tidak akan kemana. Tiba seorang wanita tua yang kira-kira berumur lebih dari setengah abad mendatangi Putra.
“Put, kamu nggak cari kerja?” Pinta ibunya
“Ntar aja bu, kalo  saya sudah bertemu dengan Putri”.Jawab Putra lesu
“Kamu nggak usah khawatir, Allah pasti membantu kamu koq, jangan hancurkan hidupmu karena seorang wanita, kalau Putri ditakdirkan menjadi jodohmu, walaupun kalian terpisah di kutub utara dan kutub selatan, pasti kamu akan ketemu lagi, asalkan kmu tetap berusaha dan bertawakal! “hibur ibu dengan semangat.
“Iyakah bu?, tapi saya sudah berulang kali mencoba dan hasilnya sama saja”Tanya Putra
“Itu karena kamu mulai merasa putus asa, coba kalo kamu terus berusaha pasti akan berhasil, kuasa tuhanmu nggak tanggung-tanggung koq”, Hibur ibu
“Iya,bu besok saya mau cari kerja”Jawab Putra sambil memeluk ibu.
Kesokan harinya, mengenakan kemeja abu-abu putih kotak-kotak, dan membawa ijazah S1 nya, Putra memberanikan dirinya untuk mengunjungi alamat perusahaan yang telah dikonfirmasi lewat bantuan Koran nasional. Dengan sikap dasarnya yang sopan dia mulai menyisir berbagai perusahaan. Ada yang gagal, dan ada yang berhasil tetapi Putra kurang berminat. Dan akhirnya dia merasa tertarik dengan sebuah perusahaan obat yang cukup terkenal. Putra diterima dengan mudah karena dia adalah lulusan dari jurusan farmasi di universitas ternama di negeri. Dia diterima dibagian peracikan obat, dia dikenalkan dengan berbagai macam obat dengan penyakit-penyakitnya serta dosis yang sesuai untuk kalangan tertentu. Dia merasa bahagia karena  dia dapat bekerja dengan lancar dan gaji yang diperolehnya cukup besar, 3juta per bulan. Tetapi di sanubarinya masih terganjal oleh kesendiriannya menanti Putri yang telah ia idam-idamkan.Tetapi dia selalu ingat akan pesan ibunya dan dia yakin bahwa suatu hari nanti dia akan bertemu dengan Putri.
Setelah uang Putra terkumpul sekitar 80 jt, dia berhenti dari kerja tersebut, dia ingin membuka usaha sendiri karena dia yakin pada suatu hari nanti kesuksesan besar akan menghampirinya. Hingga akhirnya sampai dia berumur 34 tahun dengan tabungan dan pinjaman dari bank, dia mendirikan sebuah rumah sakit. Perbedaan rumah sakit milik Putra dengan rumah sakit lainnya terletak pada metode pengobatannya. Metode pengobatan rumah sakit milik Putra memiliki keunggulan pada prioritas pengobatannya yang menggunakan jenis obat herbal yang secara keilmuan sedikit membawa efek samping dan efektif dalam menyembuhkan penyakit. Itulah yang menjadikan rumah sakit Putra semakin eksis di masyarakat hingga mendapat penghargaan dari presiden sebagai perusahaan swasta tersukses tahun ini.
Metode pengobatan rumah sakit Putra telah dipercayai oleh banyak masyarakat, sehingga pasien dari berbagai kota tertarik untuk mengunjungi rumah sakit Putra.
Hingga pada suatu hari, rumah sakit Putra kedatangan pasien lumpuh separuh tubuh yang mengaku telah dideritanya sejak umur 18 tahun. Badannya kurus kerontang, dan wanita ini masih bujang karena tidak ada satu pun lelaki yang sudi untuk meminangnya. Pasien ini ditangani langsung oleh kepala rumah sakit yaitu Putra. Putra sangat Iba melihat kondisi wanita ini, wajahnya kusut mengkerut, sekujur tubuhnya pucat dan tampak sangat tidak bergairah. Tetapi ada satu hal yang membuat Putra terkejut, dia melihat di leher wanita tersebut terikat sebuah kalung berbentuk setengah hati yang terukir nama “Putra”. Lantas Putra gemetar, derai air mata mulai membahasi pipinya.
“Putri, apakah benar ini kau ?” teriak Putra sambil memegang bahu Putri
“Siapa kamu ?” Tanya Putri bingung
“Ini aku,Putra. Kamu ingat kalung ini ?”Jawab Putra sambil menunjukkan pasangan dari kalung milik Putri.
Tanpa banyak bicara, dari kedua mata Putri mengalir deras air mata , dia sangat terharu dengan kedatangan Putra ditengah penderitaan yang dialaminya di usianya yang senja
“Kamu kemana saja Putri ?” Tanya Putra
“Maaf,Put waktu kita lulus SMA aku pindah ke Lombok, tetapi baru satu bulan aku menetap di Lombok aku terkena stroke, mungkin karena aku sangat jarang berolahraga” Jawab Putri sambil tersenyum manis
“Walaupun kondisimu seperti ini, aku tetap mencintaimu sampai akhir hayat nanti, aku nggak ingin berpisah dari kamu lagi, mau kah kau menjadi istriku?” Tawar Putra
“Itulah tawaran yang aku tunggu sejak dulu sayang” Jawab putri dengan senang hati
Akhirnya mereka berdua menikah disambil Putri menjalani pengobatan di rumah sakit milik suaminya. Ternyata benar apa yang telah diucapkan ibu Putra bahwa jodoh tak akan pergi kemana asalkan cinta seseorang itu adalah cinta sejati, akhirnya pun Putri sembuh dan mereka pun kini hidup bahagia.


       Tahun 2010, adalah tahun pertama Deden berstatus santri di Pondok Pesantren Miftakhul Jannah . Keluguan dan  kesopanannya menjadi ciri khas tersendiri baginya. Sewaktu di rumah, Ibunya yang hanya bekerja sebagai penjual roti memberi sebuah bisikan agar Deden harus menjadi anak yang bermanfaat dan selalu membanggakan kedua orangtuanya lebih-lebih ayahnya yang telah meninggal karena kecelakaan lalu lintas 2 tahun yang lalu. Deden masuk di sebuah sekolah menengah ke atas yang memiliki kredibilitas tinggi di mata masyarakat. Sebut saja SMA Miftakhul Jannah yang dikepalai langsung oleh Ketua Umum Pondok Pesantren Miftakhul Jannah, K.H. Septha Rully. Deden masuk dengan bantuan  orang tua teman SMP nya yang merasa prihatin dengan kondisi Deden. Deden memulai tahun pertamanya dengan susah. Dia dijejali ilmu-ilmu kepondokan seperti tajwid, nahwu, shorof dll yang belum pernah ia pelajari sebelumnya. Ditambah pula dengan materi-materi nasional yang memang sejak awal tidak dikuasai dengan baik oleh Deden apalagi pelajaran Matematika yang setiap ulangannya Deden selalu mendapat nilai tidak lebih dari 35. Nilai-nilai tragisnya selalu menjadikan Ibunya khawatir bahwa Deden akan di Drop Out dari SMA Favorit yang berada di kawasan Pondok Pesantren tersebut. Tetapi di hati kecilnya, Deden tetap bersabar dan bersyukur bahwa dia dapat mengeyam manisnya ilmu seperti sekarang ini. 
       Dia teringat akan tetangganya Badu, yang hingga saat ini hidup sebatang kara dan belum pernah sekolah sekalipun, membacapun Badu tidak mampu. Kehidupan Badu itulah yang terkadang membuat Deden semakin kuat dan tegar akibat rasa syukurnya akan kondisinya sekarang ini walaupun keluarganya dalam keadaan tidak mampu selepas ditinggal ayahnya. Deden menjalani hari-harinya di ponpes dengan sabar, dia tetap berusaha walaupun hasil akhirnya cukup mengecewakan. Dia berharap akan ada bantuan dari sang Khaliq agar dirinya dapat menjadi seperti apa yang telah dibisikkan oleh ibunya sebelum Deden dikirim di Pondok Pesantren.
      Pada suatu malam, Deden teringat akan kondisi kyainya. Walaupun sang kyai terlihat sangat sederhana tetapi pondok pesantren yang dimiliki beliau adalah salah satu pondok pesantren terkenal di Jawa. Deden penasaran akan amalan apa saja yang dilakukan pak kyai sehingga beliau diberi berbagai kecukupan walaupun hanya berprofesi sebagai guru semata. Karena penasaran, akhirnya malam itu juga kira-kira pukul 01.45 WIB Deden nekad memata-matai rumah pak Kyai.
“Den, kamu mau kemana malam-malam gini”, Tanya Danu teman sebelah bed nya,
“Enggak jauh-jauh, Cuma mau ke kamar mandi aja kok”, jawab Deden dengan gugup.
“Ya sudah, pokoknya kamu nggak usah keluar jauh-jauh banyak keamanan di luar”. Tutur Danu
“Oke Dan,”Jawab Deden
Dengan langkah menjinjit Deden keluar meninggalkan asrama kecilnya, Dia sembunyi di balik pohon mangga di depan rumah pak kyai. Tetapi Deden sepertinya mengurungkan niatnya karena di depan rumah pak kyai ada 3 orang keamanan yang sedang menjaga rumah pak kyai. Akhirnya Deden meninggalkan wilayah rumah pak kyai .Karena suasana malam yang sangat dingin, tiba-tiba Deden merasa ingin buang air kecil. Akhirnya Deden menuju ke kamar mandi tempat santri asrama Deden tinggal. Kamar mandi tersebut berada di luar wilayah asrama. Deden melepas hajatnya di sebuah bilik yang bersekat dari kamar mandi tersebut. Tiba-tiba Deden merasa merinding karena terdengar suara orang menggosok-gosok lantai kamar mandi dengan sikat. Dia bingung, siapa yang mau membersihkan kamar mandi larut malam seperti ini?. Dengan memberanikan diri, akhirnya Deden keluar dari bilik kamar mandi dan mengintip ke bilik sebelahnya. Alangkah kagetnya Deden melihat pak kyai dengan mengenakan kaos oblong dan  celana pendek sedang membersihkan kamar mandi. Sungguh kejadian yang sangat menakjubkan. Sebelumnya dia juga sempat berpikir tentang siapa yang rela membersihkan kamar mandi seluas itu dan kapan hal itu dikerjakan. Dia tidak merasa bahwa ada jadwal piket untuk membersihkan kamar mandi ataupun petugas tersendiri untuk membersihkan kamar mandi dan ternyata yang melakukan pekerjaan itu adalah ketua umum dari ponps yang ia bangga-banggakan. 
      Dia mulai berpikir, mungkin amalan itulah yang menjadikan pak kyai bisa sesukses itu.
Tanpa berpikir panjang, dengan niatan ingin berbakti kepada pak kyai, keesokan harinya Deden datang lagi ke kamar mandi tersebut lebih awal satu jam dari waktu dimana pak kyai biasanya membersihkan kamar mandi. Deden membawa peralatan membersihkan kamar mandi lengkap. Deden dengan bersemangat membersihkan setiap bilik dari kamar mandi tersebut, di lubuk hatinya tersimpan rasa ikhlas untuk membantu kyainya yang telah berjasa dalam perjuangannya dan teman-temannya dalam menuntut ilmu. Di samping itu di saat tidak ada keamanan di wilayah rumah pak kyai, Deden selalu mengambil daun-daun kering dan buah busuk yang berguguran dari pohon mangga milik pak kyai.
Setiap pak kyai ingin melakukan rutinitas beliau di kamar mandi, kamar mandi selalu sudah bersih atau bahkan lebih bersih dari biasanya. Di samping itu pula pak kyai tertegun melihat halaman rumahnya yang setiap hari selalu bersih. Di dalam hati pak kyai bingung tetapi terselip do’a yang beliau panjatkan terhadap siapa yang melakukan kebaikan ini. Hingga akhirnya Deden mengistiqomahkan kegiatan itu sampai ia hampir lulus. Di hari-hari menjelang kelulusannya Deden belum bisa menguasai ilmu-ilmu kepondokan dan ilmu nasional dengan baik. Nilai ujian nasional bisa dibilang no.1 dari belakang, tetapi untungnya Deden tetap dinyatakan lulus. Walaupun seperti itu Deden masih bersyukur dan dia yakin suatu saat nanti akan menjadi orang bermanfaat dan mampu membanggakan kedua orang tua. Di hari akhir dimana besoknya adalah hari terakhir Deden menimba ilmu di Ponpes Miftakhul Jannah, Deden meninggalkan surat di depan rumah pak kyai, isi surat tersebut adalah:
Assalamualaikum wr.wb. Pak Kyai yang sangat saya cintai. Saya adalah murid pak Kyai yang merasa belum dapat apa-apa selama tiga tahun mondok di sini. Ilmu tajwid, nahwu shorof, tauhid belum bisa saya kuasai dengan baik. Tetapi saya sangat bangga dapat mondok di sini, karena saya banyak mendapat ilmu tersirat tentang perjuangan hidup. Maaf saya pernah mengamati amalan pak kyai setiap malam pukul 01.45 di kamar mandi. Maksud saya meniru amalan Pak Kyai adalah semata ikhlas lillahi ta’ala ingin berbakti kepada Pak Kyai bukan karena tujuan apa-apa. Saya berharap pak kyai ridlo dengan apa yang telah saya perbuat karena saya yakin akan keajaiban Allah atas keta’dziman santri terhadap guru. Maaf Pak Kyai jika saya tidak bisa banyak membanggakan Pak Kyai, tetapi saya selalu mendo’akan Pak Kyai agar Pak Kyai selalu dilindugi Allah swt
Membaca surat itu, Pak Kyai meneteskan air mata dan benar-benar kagum akan usaha Deden. Jarang ada santri beliau yang sangat berbakti seperti Deden. Di lubuk hati yang terdalam Pak Kyai berdo’a dengan tulus kepada Allah swt semoga di masyarakat Deden menjadi orang yang bermanfaat dan orang tuanya menjadi bangga kepadanya. Ternyata do’a yang dipanjatkan Pak Kyai terkabul, Deden pun setelah mengulang-ulang materi yang diberikan para asatidz dulu, mampu ia kuasai dengan cepat. Nahwu shorof, tajwid, tauhid, fiqih dsb mampu dia kuasai dengan baik. Dan hingga suatu hari dia berhasil menikahi seorang putri kyai dan menjadi salah satu pengasuh di pondok pesantren milik istrinya.

Jam makan siang. Empat sahabat berkumpul di warung lesehan seafood. “Mo mesen apa mas..” tanya sang pelayan. Si A memesan kakap bakar, si B memesan udang lada hitam, si C memesan cumi goreng tepung, sementara si D memesan kepiting cangkang lunak yang diasam manis. Pesenan di D memancing tanya, “Eh, emang enak ya.. makan kepiting dengan cangkangnya..” demikian tanya si B. Jawab si D sambil nyeruput kelapa muda, “Enak lah, lagian biar ga ngrepotin kita buat ngebuka cangkangnya. Hari genee, repot makan gara-gara cangkang.. Owh, apa kata dunia..?” Si C menanggapi sambil ngipas-ngipas, “Jadi, daripada cangkangnya dibuang tak terpakai, mending sekalian dimakan ya..” Mereka pun tertawa.
“Ah, dasar rakus lo pada..” gumam si A polos. Sambil bergumam, matanya masih tertuju pada layar smartphone dan jempolnya pun sibuk mencet-men

Anda Ke..

Cermin Jati Diriku


bloguez.com

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

About this blog