Jam makan siang. Empat sahabat berkumpul di warung lesehan seafood. “Mo mesen apa mas..” tanya sang pelayan. Si A memesan kakap bakar, si B memesan udang lada hitam, si C memesan cumi goreng tepung, sementara si D memesan kepiting cangkang lunak yang diasam manis. Pesenan di D memancing tanya, “Eh, emang enak ya.. makan kepiting dengan cangkangnya..” demikian tanya si B. Jawab si D sambil nyeruput kelapa muda, “Enak lah, lagian biar ga ngrepotin kita buat ngebuka cangkangnya. Hari genee, repot makan gara-gara cangkang.. Owh, apa kata dunia..?” Si C menanggapi sambil ngipas-ngipas, “Jadi, daripada cangkangnya dibuang tak terpakai, mending sekalian dimakan ya..” Mereka pun tertawa.
“Ah, dasar rakus lo pada..” gumam si A polos. Sambil bergumam, matanya masih tertuju pada layar smartphone dan jempolnya pun sibuk mencet-men
cet keypad. “Kata siapa juga, cangkang tu cuma jadi sampah ga berguna. Nih-nih, gw kasih tahu ya.. Cangkang kepiting tu mengandung chitin, chitosan dan karotenoid yang ujung-ujungnya bisa dipakai berbagai industri untuk bahan baku obat, kosmetik, pangan, dan lain-lain. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai bahan pengawet makanan yang murah dan aman.” Lanjutnya. “Ah, masak si.. jangan sok teu deh..” seru si C.“Yee.. kagak percaya die.. Gw dapet infonya dari si kuning ni..” ujar si A sambil mengangkat smarphone miliknya yang memang bercasing kuning itu. “Di sini dibilang bahwa cangkang kepiting dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kain perban. Kain perban dari cangkang kepiting ini mampu menghentikan pendarahan secara cepat karena ia mampu menahan rapat-rapat aliran darah. Sifat chitosan yang anti bakteri, membuat si pemakai perban terbebas dari hama, jadi memudahkannya dipakai di segala medan (kotor maupun bersih). Konon kabarnya, perban inilah yang dibawa tentara AS di dalam ranselnya saat berangkat ke medan perang.”
Lanjut si A sambil terus memelototi hapenya, “Bukan itu saja, chitosan juga masih memiliki aneka manfaat. Misalnya, sebagai bahan serat untuk penyeimbang konsumsi makanan dalam tubuh. Produk chitosan dalam bentuk kapsul bisa dipakai untuk mengurangi kadar kolesterol. Artinya, produk ini bisa dipakai sebagai obat pelangsing tubuh tanpa efek samping. Lebih jauh lagi, di bidang sandang, serat chitosan pun bisa dipakai untuk bahan pakaian dalam (kaos singlet, kaos oblong, dan kaos kaki) karena mampu menyerap keringat dan bau badan secara maksimal, sehingga enak dan nyaman dipakai. Daya serap yang bagus ini membuat serat chitosan cocok untuk materi tambahan untuk pembuatan tekstil. Berdasarkan riset, serat chitosan mampu mempertahankan warna tekstil tetap cerah, meski sudah dicuci berkali-kali. Serat chitosan bagus pula dipakai untuk bahan penyaring, bahkan mampu membunuh bakteri dan organisme alami yang muncul.” Sambil mengakhiri penjelasannya, si A pun menutup layar hapenya.
Si C sambil selonjor, “Eh-eh, gw juga dapat info tentang chitosan ni, di hape gw. Saat ini, AS mengembangkan cangkang kepiting untuk menciptakan lapisan antigores super. Lapisan ini tak sekeras antigores umumnya, sehingga sewaktu-waktu masih dapat tergores. Namun goresan akan hilang dalam waktu singkat, begitu terpapar sinar matahari. Caranya, mereka membuat molekul berbentuk cincin yang disebut oxetane dan digabungkan dengan molekul chitosan. Lalu, molekul-molekul itu digabungkan dalam polyurtehane, cairan vernis yang biasa digunakan untuk mengilapkan permukaan kayu atau pakaian renang. Jika tergores, cincin oxetane akan terpisah. Namun jika lapisan tersebut terpapar matahari yang mengandung sinar ultraviolet, molekul chitosannya akan terbelah dan menyambung kembali cincin oxetane-nya. Tuuh, hebat bener ya chitosan itu..”
“Weish, manstab juga yah.. sekarang semua informasi tersedia di hape.. Jadi jingle iklan yellow pages sekarang malah berlakunya untuk smartphone ya.. Cari tahu, dengan jarimu.” Ujar si B menggerakkan jari tengah dan telunjuknya menyusuri meja. “Ahh, tampaknya sudah waktunya si biru ini kuganti..” gumamnya sambil buru-buru memasukkan hape-nya ke kantung. “Hehehe, lagian hape udah rusak speakernya masih aja lo pake..” goda si C. “Wadoowh, lama bener ni pesenannya belum datang-datang.” Gerutu si D tak lama kemudian.
Tiba-tiba melintaslah seorang bapak sambil membawa keranjang.”Dari mana Pak..” iseng si D bertanya. “Owh, anu.. dari nyetor kepiting cangkang lunak ke dalam..” jawab si bapak. “Emang gimana Pak.. caranya bikin cangkang si kepiting jadi lunak..” lanjut si D bertanya. Si A menjawab sambil berbisik, “Jangan-jangan direndam formalin..” tukas si B, “Yee.. kalo itu mah jadi awet, bukannya jadi lunak.. sok teu aja lo..”
“Ga pake bahan kimia macem-macem ko” ujar si Bapak yang sepertinya mendengar celotehan si A dan B. “Cukup dimutilasi saja..” Berempat serempak menjawab, “What…mutilasi.. ! Apaan tuh maksudnya..?” Si D kemudian menyilakan bapaknya duduk. “Jadi begitu didapatkan dari laut atau sungai, kepiting-kepiting itu capitnya kami potong, kemudian kami tangkarkan lagi sambil menunggu cangkang kerasnya berganti jadi cangkang lunak..” jelas Bapaknya sambil duduk di antara mereka. Keempatnya langsung terbengong mendengar jawaban si Bapak. Si Bapak berdiri lagi dan pamitan, “Maaf, saya mo nerusin jualan lagi, soalnya musti cepet-cepet, biar cangkangnya tetep lunak. Kalo lewat dari 3 jam, keras lagi dia..”
“Nah lo, buat ngedapetin rasa kenyang aja kita musti mutilasiin si kepiting ya..” ujar si B, “ dalam keadaan hidup lagi..” sambung si C. “Halah, itu kan hewan guys.. chill out.. tu hewan emang diciptakan Tuhan buat menuhin kebutuhan kita kan. Jadi wajar-wajar aja kalo kita sebagai manusia yang lebih berakal merekayasanya supaya lebih enak dan tidak merepotkan kita yang memakannya. Dah gitu, cangkangnya yang lunak kan memudahkan kita untuk mengkonsumsi si kritin-kritin yang katanya bagus buat kesehatan tadi.. Jadi, ga ada yang salah kan..” debat si D. “Bukan kritin, tapi chitin, chitosan..” sergah si A membetulkan.
Saat itu, mbak pelayan sudah datang dengan nampan berisi makanan pesanan “Udah, jangan bengong.. mari kita hajar aja ni kepiting..” ujar si D sambil memutilasi capit si kepiting untuk kedua kalinya. Ketiga temannya hanya geleng-geleng saja dan si B kembali nggerundel, “Kalo disuruh milih, aku lebih suka yang cangkang keras.. Alami dan makannya jadi tenang, ga perlu dihantui rasa bersalah. Awas lo, ntar disamperin arwahnya tu kepiting..” tunjuknya pada si D. “Apaan, bukan gw kale.. tapi Bapak yang tadi tuu..” elak si D. Si A kembali mengernyit, “ Sebenarnya sudah ada cara lain untuk memanipulasi agar si kepiting cangkangnya jadi lunak.. Ni ada doktor yang meneliti dan sudah menemukan caranya, yaitu dengan menyuntikkan bayam ke kepiting tersebut. Tapi emang si, harga ekstrak bayamnya masih mahaall…” Dipelototinya lagi si kuning. “Halah, sudahlah.. kita makan saja dulu.. yang suka ma kepiting cangkang lunak yang hasil mutilasi ya silakan monggo.. yang ngerasa mutilasi itu ga bener, ya silakan makan kepiting cangkang keras seperti biasanya.. Mudah tho, gitu aja kok repot..” ajak si C. Akhirnya mereka pun makan dengan lahapnya, tanpa suara. Ketika selesai, segera membayar dan segera beranjak kembali ke kantor karena jam makan siang tinggal beberapa menit. Tak ada lagi perdebatan tentang kepiting cangkang lunak, yang ada hanya senyum di bibir dan perut yang sedikit kencang.
*Dibuat setelah melihat tayangan di sebuah teve swasta tentang mutilasi dalam budidaya kepiting cangkang lunak.
0 komentar:
Posting Komentar